Hadiri Silaturahmi Wilayah BEM PTM Zona 3, Zulkifli Hasan Ajak Anak Muda Kreatif Terlibat dalam Aktualisasi Nilai-nilai Pancasila

banner 120x600

Jakarta, CNC MEDIA.- Penggelaran Opening Seremoni Silaturahmi Wilayah (Silatwil) Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) Zona III dengan tema besar “Moderasi Beragama: Internalisasi Toleransi Dalam Mewujudkan Nilai Pancasila Sebagai Landasan Keummatan” bertempat di Aula Syafrudin Prawira Negara, Institut Tekhnologi Dan Bisnis Ahmad Dahlan, Jumat, (28/01/2022).

Acara tersebut turut mengundang Ir. H. Ahmad Riza Patria Wakil Gubernur DKI Jakarta, Zulkifli Hasan Wakil Ketua MPR RI, Dr. Mikhaer Pakanna Rektor ITB Ahmad Dahlan.

Zulkiflih Hasan diawal orasi kebangsaan, ia menganalogikan bahwa dalam beragama harus berfikir output nya adalah kebaikan-kebaikan. Dan jika beragama menghasilkan keburukan seperti perang, menurut Zulkifli harus dipertanyakan keberagamaannya karena pasti ada kesalahan.

“Beragama adalah berfikir. Orang yang beragama dengan benar adalah orang yang menghasilkan kebaikan. Beragama bukan menghasilkan perang perlu dikaji karna pasti ada kesalahan,” jelasnya di Jakarta.

Harapan Zulkifli kepada pemuda indonesia ialah untuk menjadi pelopor bagi perubahan peradaban yang lebih maju. Di tahun 2022 kedepan perubahan semakin pesat. Perkembangan itu dibuktikan dengan pengembangan tenaga listrik yang semakin dikembangkan.

“Saya berharap kepada adek-adek untuk menjadi plopor untuk kemajuan peradaban, kemajuan Indonesia. Jangan lagi berdebat persoalan jenggot, celana jingkrang, dan lain lain. Karena pada tahun 2022 perkembangan zaman sangat pesat. Lima tahun, sepuluh tahun kemudian semua akan berubah. Sekarang sudah dikembangkan tenaga listrik untuk menggantikan bahan bakar minyak,” penjelasan lebih lanjut Zulkifli.

Baca juga :  Putra Sudiro Era Bung Karno - Hatta Resmi Menjabat Ketum Ikatan Keluarga Besar Barisan Pelopor

Selaras dengan Zulkifli, Faisal Abdul Rachman selaku Presiden Mahasiswa BEM ITB-AD Jakarta juga menjelaskan terkait keberagaman yang ada di Indonesia. Menurutnya pacuan kita dalam beragama adalah Bhineka Tunggal Ika agar tetap bersanding bersama.

“Hari ini banyak isu-isu tentang terorisme, tentang persoalan keagamaan. Maka kami mengangkat moderasi beragama. Upaya saling menghargai satu sama lain karena patokan kita adalah bhineka tunggal ika yang memiliki makna berbeda beda tapi tetap dalam satu tujuan,” jelasnya.

Dilanjutkan oleh Presidium Nasional BEM PTM Zona Tiga, Hendi yang mengatakan sebagai kaum intelektual, mmahasiswa harus menjadi pelopor, pelangsung dan penyempurna dalam bernegara maupun beragama.

“Dalam agenda ini mari kita rumuskan kita rancang seperti apa yang telah dipaparkan oleh pres faisal tadi. Kita sebagai mahasiswa harus menjadi bagian dari pelopor, pelangsung dan penyempurna. Kita semua sebagai mahasiswa harus mengambil peran,” Tambah Hendi.

Koordinator Nasional BEM PTMI Nadifurrahman juga menyampaikan sambutannya dengan mengupas tema acara. Ia juga mengajak kepada seluruh mahasiswa dibawah naungan BEM PTMI untuk terus solid dan bersatu dalam mendukung kemajuan Indonesia.

“Perbedaan yang ada pada hari ini akan terus digaungkan, akan terus di kembangkan. Oleh karena itu kita harus menjadi pelopor untuk perdamaian. Maka dianggap penting untuk berdiskusi bersama. Mari kita tunjukkan bahwa BEM PTM adalah suatu organisasi yang solid,” ungkapnya.

Baca juga :  Ruri, Vokalis Band 'Repvblik' Alami Kecelakaan Tunggal di Ciamis

Begitupun dengan Rektor ITB Ahmad Dahlan, Mukhaer Pakkana menjelaskan terkait perbedaan-perbedaan yang ada di Indonesia.

“Kita dalam beragama jangan pernah memonopoli sorga dan jangan mengoligarki surga, karena kita semua pasti masuk surga. Karena dalam perbedaan ini kita harus bersepakat dengan duduk bersama. Jangan mendiskriminasi mereka. Karena pegangan kita adalah Pancasila,” jelasnya.

Sambutan terakhir disampaikan oleh Muhammad Rizal selaku Anggota DPR RI. Ia menyangkal statemen yg mengatakan bahwa radikalisme masuk ke perguruan tinggi. Menurutnya mahasiswa itu hanya kritis.

“Banyak pejabat bilang bahwa radikalisme masuk ke perguruan tinggi. Saya katakan, tadak. Saya yakin mahasiswa juga menolak terhadap radikalisme. Jika mahasiswa kritis itu boleh,” tutupnya. (Red-CNC)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *