Pada malam ke-7 bulan Ramadhan tahun 1366 H, pukul 03.00 dini hari, di saat kaum Muslimin sedang melaksanakan sahur, seorang hamba Allah pilihan, Abnauzzaman, guru besar para kyai di Jawa, seorang rijalul hadits dunia, pendiri organisasi massa Islam terbesar di dunia, dan Rois Akbar—Hadrotusyekh Hasyim Asy’ari—dipanggil menghadap Allah SWT.
Kepergian Hadrotusyekh ke pangkuan Ilahi Rabbi, dua tahun setelah berdirinya negara yang sangat dicintainya, meninggalkan duka yang mendalam. Kesedihan ini tidak hanya dirasakan oleh kaum Nahdliyyin dan dunia pesantren, tetapi juga oleh seluruh bangsa dan negara.
Ila hadlrotin Nabiiyil Musthofa Rosulillahi Sollallahu ‘Alayhi Wasallam wa ’ala alihi wa ashabihi kulluhum ajma’in, wat tabi’in, wat tabi’it tabi’in, wa man tabi’ahum bi-ihsanin ila yaumiddin, wal ‘ulamail ‘amilin, wal mushonnifinal mukhlashin, wal mujahidina fisabilillahi robbil’alamin, wal malaikatil muqorrobin, khushushon ila sultahoni awliya’ Sayyidina Syaikh ‘Abdil Qodir Al Jilany rodliyallahu ‘anhu.
Ila ruhi Hadratus Syaikh KH Hasyim Asy’ari wa jamiin muassisi jam’iyyah Nadlatil Ulama wa jami’i muassi hadzihi jumhuriyyah Indunisiah wa bi syafaati Rasulillah SAW.
Al-Fatihah
(Khotib-CNC)