Pandeglang, CNC MEDIA.- Tinggal di rumah layak huni dengan kasur empuk menjadi dambaan khususnya bagi mereka yang sudah lanjut usia, namun tidak dengan ibu Fatimah (50), seorang ibu paruh baya warga Kp. Kebon Kopi, Desa Sukaraja, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pandeglang-Banten.
Di usia yang sudah memasuki separuh abad, ia harus tinggal di rumah tidak layak huni bersama lima orang anaknya yang masih bersekolah.
Miris memang, di dalam rumah berukuran sedang dengan berdinding papan dan bambu yang sudah mulai dimakan usia tersebut dalam keadaan miring, risih jika ada angin kencang dikhawatirkan akan roboh.
Tidak ada peralatan rumah tangga yang layak, bahkan tempat tidur ibu Fatimah pun hanya beralaskan tikar seadanya.
Di tengah keterhimpitan ekonomi melanda ditambah wabah COVID-19 yang berkepanjangan membuat ekonomi masyarakat bahwa terus tertekan, ibu Fatimah harus lebih banting tulang untuk menghidupi keseharian keluarga, semenjak setahun lalu ditinggal almarhum suaminya.
“Kerja Saya sebagai pembuat kripik pisang,, untuk pendapatan tidak menentu, bahkan untuk makan sehari-hari selalu kekurangan” kata ibu Fatimah saat ditemui di rumahnya.
Ia juga tidak menepis jika ada pemberian bantuan dari pemerintah selama ini, dari PKH itu juga membuat dia merasa sedikit lega.
“Bantuan dari pemerintah ada diberikan, kalau harapan ya rumah, sudah tidak layak,” jawabnya singkat.
Sementara itu Nadia, salah seorang tetangga ibu Fatimah, hanya bisa mengelus dada karena tidak bisa membantu banyak padanya.
“Suaminya meninggal setahun yang lalu, kami sebagai tetangganya, hanya bisa mengelus dada karena tidak bisa membantu banyak padanya,” tutur Nadia. (Ahen-CNC)
Redaksi CNC MEDIA