Kiat Menghadapi Test Wawancara Calon PPK

Ocit Abdurrosyid Siddiq
Ocit Abdurrosyid Siddiq
banner 120x600

Penulis: Ocit Abdurrosyid Siddiq

Menjelang pelaksanaan Pilkada Serentak 2024 yang akan digelar pada 27 November 2024, saat ini Komisi Pemilihan Umum atau KPU sedang melakukan rekrutmen bagi calon penyelenggara Pilkada adhoc tingkat kecamatan.

Penyelenggara Pilkada tingkat kecamatan yang disebut dengan Panitia Pemilihan tingkat Kecamatan atau PPK ini berjumlah 5 orang di setiap kecamatan. Untuk menjadi anggota PPK, ada serangkaian test yang mesti dilalui.

Saat ini, calon PPK sedang mengikuti tahapan test wawancara. Mereka sebelumnya telah lolos dalam seleksi berkas administrasi dan test tertulis dalam bentuk Computer Assisted Test atau CAT.

Mereka yang lolos test CAT ini berjumlah 3 kali kebutuhan. Bila yang dibutuhkan untuk menjadi anggota PPK sebanyak 5 orang di setiap kecamatan, maka ada 15 peserta yang akan diwawancarai oleh KPU Kabupaten dan Kota untuk setiap kecamatan.

Penilaian terhadap calon penyelenggara Pilkada itu terdiri dari 2 bagian. Pertama kompetensi dan yang kedua adalah integritas. Bila kompetensi dapat diketahui lewat test tertulis, maka integritas peserta bisa digali lewat test wawancara.

Penyelenggara Pilkada penting untuk mengetahui, memahami, dan menguasai aturan main dalam Pilkada yang tertuang dalam Undang-Undang Pilkada. Selain itu juga tahu dan paham tentang UUD 1945, Pancasila, dan yang lainnya.

Kemampuan itu adalah kompetensi. Penyelenggara Pilkada mesti memiliki kompetensi dimaksud. Karena dia nanti akan bekerja dibawah peraturan, dan tidak bisa bertindak semaunya apalagi dengan menabrak atau melanggar aturan.

Sementara integritas merupakan selarasnya ucapan dengan tindakan. Penyelenggara Pilkada mesti memiliki mental yang kuat, jujur, independen, objektif, dan kuat menghadapi rayuan, ajakan, bujukan, hingga hambatan, tantangan, ancaman, gangguan, dan intimidasi.

Untuk menguatkan integritas ini, setiap calon penyelenggara mesti mengucapkan sumpah dan janji atas nama Tuhan ketika dilantik, untuk siap bekerja secara jujur, adil, profesional, dan proporsional. Integritas itu sederhananya adalah apa yang diucapkan ketika dilantik.

Nah, untuk menggali dan mengetahui integritas seseorang, bisa dilakukan dengan test wawancara. Test wawancara juga bisa dijadikan untuk mengkonfirmasi dan mengklarifikasi atas adanya tanggapan masyarakat terhadap jejak rekam para peserta.

Tanggapan masyarakat dimaksud bisa berbentuk positif atau sebaliknya. Rekomendasi dari lembaga atau perorangan yang menyertakan data dan fakta bahwa peserta seleksi memiliki kapabilitas, kapasitas, dan keunggulan lainnya adalah tanggapan masyarakat yang positif. Sehingga ini bisa menjadi pertimbangan bagi penilai untuk memilihnya.

Sebaliknya, bila ada tanggapan masyarakat berkaitan dengan jejak-rekam negatif peserta test, yang kemudian dikonfrontir pada saat test wawancara, berfungsi untuk mengklarifikasi informasi dimaksud. Bisa saja informasi itu salah dan karenanya menjadi fitnah.

Baca juga :  Hari Guru 2024: Jika Mau Curang, Jangan Jadi Pendidik, Guru Hebat Indonesia Kuat

Dalam menghadapi test wawancara, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh para peserta test. Persiapan itu baik yang menyangkut dengan substansi pertanyaan yang sekiranya akan ditanyakan, juga perkara teknis pelaksanaan wawancara.

Perkara substansi pertanyaan pastinya tidak lepas dari seputar kepemiluan. Karenanya penting untuk mempelajari regulasi yang berkaitan dengan Pemilu dan Pilkada. Seperti UU Pemilu, UU Pilkada, Peraturan Komisi Pemilihan Umum atau PKPU, dan yang berkaitan dengannya.

Sementara perkara teknis itu diantaranya adalah;
Pertama, persiapkan fisik dan mental. Menghadapi test wawancara dalam kondisi badan kurang sehat itu bisa menjadi gangguan. Jaga fisik agar tetap fit sehingga sudah siap menghadapinya.

Pun demikian dengan kesiapan mental. Adalah wajar bila seseorang akan diuji kemampuannya dengan wawancara, lalu merasa gugup, gelisah, dan penuh rasa khawatir. Apalagi akan diuji oleh lebih dari satu orang.

Dengan menyadari bahwa tim penilai juga adalah manusia biasa yang tidak berbeda dengan kita -yang bisa jadi lebih piawai dalam bertanya namun gagap juga ketika ditanya- ini bisa menambah kepercayaan diri anda dalam menyampaikan seluruh jawaban.

Kedua, pelajari situasi dan kondisi lokasi pelaksanaan test wawancara. Biasanya, orang datang ke satu lokasi baru dan merasa menjadi tamu, kadang membuatnya tidak leluasa dalam bercakap dan bertindak. Mental “tamu” ini bisa memposisikan anda pada situasi “lack of confidence”.

Perasaan rendah diri ini bisa menjadi hambatan dalam mengeluarkan seluruh kemampuan anda menyampaikan jawaban secara maksimal. Maka, mesti percaya diri atau confident dengan cara menguasai situasi dan kondisi lokasi dimana wawancara dilaksanakan.

Ketiga, sampaikan jawaban dengan artikulasi yang jelas. Jawaban bernada seperti orang bergumam atau ngerenyeng akan membuat suasana hati para penilai menjadi terganggu. Perkara apakah jawaban yang diberikan itu benar atau salah, bisa tertutupi oleh artikulasi yang jelas ini.

Keempat, bila anda mendapat pertanyaan yang sekiranya anda menguasai betul atas perkara yang ditanyakan, maka gunakan kesempatan itu dengan menjawabnya secara panjang juga lebar, tentu dengan artikulasi yang jelas.

Karena anda merasa sedang menguasai pertanyaan ini, maka sampaikan jawaban dengan substansi yang berkaitan dengan bunyi pertanyaan, juga dengan hal-hal lain yang menurut anda berkaitan dengan itu.

Baca juga :  Jalan panjang pengesahan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual

Dengan cara begini, anda seolah sedang menunjukkan penguasaan atas perkara itu. Padahal, sejatinya hanya perkara itu yang dikuasai dengan baik. Cara jawaban panjang dan lebar atas pertanyaan yang anda kuasai ini, juga sebagai trik untuk menutup kesempatan bagi pewawancara untuk menyampaikan pertanyaan berikutnya, yang bisa jadi anda tidak tahu, tidak pahm, dan karenanya gelagapan.

Kelima, selalu jaga adab dan etika. Simak pertanyaan dengan baik hingga pewawancara selesai menyampaikan pertanyaan. Jangan sampai terjadi anda meminta pewawancara untuk mengulangi pertanyaannya.

Bila wawancara dilakukan secara bersamaan dengan peserta lain, maka tunggu kesempatan untuk menjawab ketika waktu itu diberikan kepada anda. Jangan karena anda tahu jawabannya, lalu nyolot menyerobot menjawabnya padahal itu pertanyaan untuk yang lain.

Keenam, perhatikan penampilan. Dengan berpakaian rapi akan menuai simpati para penilai. Hal sederhana ini bisa jadi menjadi pengingat bagi para pewawancara ketika mereka berembug untuk menetapkan siapa yang menjadi terpilih.

Ketujuh, manusia hanya punya rencana dan Tuhan lah yang menentukan. Karenanya senantiasa sertai seluruh ikhtiar anda dengan doa. Selain kita yakin bahwa Tuhan Maha Pengabul, juga dengan berdoa akan membuat kita merasa lebih tenang.

Apa yang terjadi pada saat wawancara nanti, bisa jadi berbeda dengan narasi beraroma teori ini. Namun tidak ada salahnya, sebagai langkah persiapan, tulisan ringan ini ada manfaatnya. “Kita hidup sudah pakai teori saja, hidup kita masih berantakan. Bayangkan bila kita hidup tanpa teori!“.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan ridhaNya atas niat baik anda untuk mengabdi pada negara dengan cara menjadi penyelenggara Pilkada. Semoga dengan keterlibatan anda sebagai penyelenggara Pilkada, pesta demokrasi menjadi lebih baik. Amin.
***

Tangerang, Sabtu, 11 Mei 2024
Penulis adalah Koordinator Divisi Organisasi dan Sumber Daya Manusia Bawaslu Provinsi Banten 2018-2023

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *