Bandung (CNC MEDIA) – Di Jawa Barat ada satu keluarga yang secara turun temurun melestarikan seni dan budaya wayang golek, sehingga kesenian Sunda yang ini mendunia.
Abeng Sunarya, yang menjadi awal dari kiprah Dinasti Giriharja dalam dunia pedalangan khususnya seni wayang golek.
Awal kiprah menjadi dalang
Abeng Sunarya atau biasa dikenal juga dengan sebutan Abah Sunarya, lahir di Manggahang, Bandung, 02 Januari 1920. Ayahnya, Juhari bin Artasim, adalah seorang dalang wayang golek pada masa itu.
Abah Sunarya belajar dalang dari ayahnya (1938), kemudian setelah ayahnya meninggal, Ia belajar kepada dalang Atmaja di Cigebar. Pada Tahun 1940, Abah Sunarya pindah ke Tegallega supaya bisa berdekatan dengan dalang R.U Partasuanda untuk belajar lebih lanjut.
Tahun 1944, ia mulai tampil sebagai dalang dan namanya kian dikenal. Tahun 1950-an, Abah Sunarya sudah menjadi salah seorang dalang wayang golek terkenal. Pada tahun 1970-an dan tahun 1980-an, ia berkali-kali diundang untuk mendalang di Prancis dan Swedia.
Mendirikan Giri Harja
Disamping sebagai dalang, Abah Sunarya juga membuat wayang golek. Pada tahun 1957, ia mendirikan Padepokan Pusaka Giri Harja sebagai tempat kursus pedalangan wayang golek purwa.
Padepokan itu terletak di kampung Jelekong, Ciparay, Bandung. Banyak muridnya yang kemudian menjadi dalang yang berhasil, diantaranya adalah anak-anaknya sendiri.
Sebagai dalang kasepuhan, Abah Sunarya adalah tokoh yang sangat dihormati. Namun rendah hati menjadi hal yang dipegangnya.
Dalam puncak kepopulernya ia tetap bisa berinteraksi dengan siapapun tanpa melihat status sosial. Rumahnya selalu terbuka untuk siapapun dengan berbagai keperluan.
Keturunan Abah Sunarya
Sebelum meninggal dunia, Abah Sunarya telah memberikan estafet giriharja kepada anak-anaknya.
Setidaknya ada 5 anaknya yang berhasil menjadi dalang terkenal.
Kelimanya adalah :
– Ade Kosasih Sunarya (Giriharja 2),
– Asep Sunandar Sunarya (Giriharja 3),
– Ugan Sunagar Sunarya (Giriharja 4),
– Iden Subasrana Sunarya (Giriharja 5) dan
– Agus Supangkat Sunarya (Giriharja 6).
Di luar kelima putranya itu, salah satu adiknya yaitu Lili Adi Sunarya memegang Giriharja 1. Dalam perkembangannya Lili (Giriharja 1) lebih fokus menjadi “dalang ruwatan” dan pengembangan kerajinan wayang golek.
Pesantren Budaya Giriharja
Giriharja berperan besar dalam upaya pelestarian seni pedalangan khususnya wayang golek. Di Jelekong tempat Abah Sunarya memulai kiprahnya sebagai dalang kondang, berdiri pusat pengembangan seni wayang golek yang bernama “Pesantren Budaya Giriharja”.
Di pesantren budaya ini dididik calon-calon dalang masa depan. Juga aspek-aspek lain dari seni wayang golek seperti sinden dan nayaga serta keterampilan membuat wayang golek.
Pesantren Budaya Giriharja melengkapi Jelekong sebagai Kampung Seni dan Budaya yang menghadirkan sentra kerajinan wayang golek dan sentra seni lukis.
Giriharja tetap eksis di tangan generasi ketiga dari Abah Sunarya. Mereka tetap teguh dengan komitmen mempertahankan kelestarian seni wayang golek.
Kampung Seni dan Budaya Jelekong dengan ikonnya Giriharja tetap menjadi kiblat dunia pedalangan dan seni wayang golek. (AN-CNC)