Pandeglang, CNC MEDIA.- Aspek lingkungan hidup kemungkinan terganggu akibat kegiatan eksploitasi sumber daya alam perusahaan tambang batu di daerah terpencil yang masih memerlukan pengembangan.
Pada sisi ini, kehadiran perusahaan pertambangan milik PT RIZKI BANTEN BERLIAN (RBB). Wilayah sekitar Gunung Batu desa Cikadongdong, Kecamatan Cikeusik, Kabupaten Pandeglang sangat dikeluhkan warga dengan polusi debu dan suara ledakan yang mengganggu masyarakat sekitar, Jumat (15/10/2021).
Pertambangan Batu seplit, Batu abu dan batu belah Gunung Batu telah lama berjalan dan masih dieksploitasi satu perusahaan tambang PT RIZKI BANTEN BERLIAN (RBB) yang memiliki Izin Usaha Pertambangan (IUP) dengan luas total Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP) seluas KURANG LEBIH 5 hektar. Pada tahun 2018.
Produksi batuan tersebut dihasilkan dari peledakan yang dapat mencapai lima kali peledakan atau lebih setiap dua hari sekali. Getaran dan bunyi ledakan yang disebabkan peledakan ini kemungkinan berdampak terhadap lingkungan hidup, terutama pada konstruksi rumah dan abu yang paling dikeluhkan juga oleh masyarakat yang berdekatan dengan tambang, kenyamanan masyarakat yang bermukim di sekitar kaki Gunung Batu yang berjarak 100 sampai 350 meter. Pemukiman penduduk yang paling dekat lokasi peledakan batu tersebut berada pada Dua kampung/dusun yaitu Kampung Curughandap dan Gunung Batu, kedua kampung tersebut secara administratif berada dalam Desa Cikadongdong.
Rumah warga pada pemukiman yang paling dekat ke lokasi peledakan batuan andesit berjarak sekitar 100-350 meter, setiap peledakan dapat menimbulkan dampak kebisingan pada pemukiman warga dan getaran tersebut mengakibatkan rumah warga pada retak.
Saat dikonfirmasi langsung awak media salah satu masyarakat yang enggan disebutkan namanya menuturkan, seluruh masyarakat sangat mengeluh dengan adanya perusahaan yang dampak begitu besar bagi warga yang berdekatan.
“Seperti ledakan yang dua hari sekali, sehari ada lima sampai enam kali ledakan, sehingga banyak rumah warga yang pada retak dan tak cuma itu saja, abu nya juga pas lagi produksi sangat mengganggu karena abu tersebut masuk ke kampung dan menempel pada tanaman kami dan yang kami khawatirkan takutnya mengganggu ke pernapasan dan kami juga udah 3 kali melakukan mediasi ke pihak perusahaan tapi tida ada titik temunya kami meminta mekanismenya seperti apa biar masyarakat yang merasa dirugikan jangan ini ada yang retak di poles doang, tapi kami minta supaya masyarakat yang lain yang kena dampak nya harus seperti apa,” ungkapnya.
Disisi lain saat ditemui pihak Rukun Tetangga (RT) setempat mengatakan, semua keluhan masyarakat disini meminta ketika ada pengrusakan jangan cuma rumah permanen tapi kami juga pengen yang rumah panggung dapat bantuan juga karena kami sama merasakan getaran dan polusi.
“Tapi sampai saat ini belum ada tanggapan dari pihak terkait, karena warga ingin mendapatkan seperti yang lain dapat konpensasi, memang iya saya akui ketika ada rumah warga yang rusak yang retak pihak perusahaan melalui team lapangan memperbaiki tapi cuman menutup yang retak dengan semen doang dan ketika ledakan itu keluar lagi getaran juga sama seperti yang sudah-sudah. Hanya saya selaku RT di sini menampung aspirasi masyarakat seperti apa solusi terbaik buat masyarakat, apa sistemnya dirubah pihak perusahaan biar pengambilan batu tidak ada getaran yang kami rasakan tiap waktu,” jelasnya. (Bejo-CNC)
Redaksi CNC MEDIA